Pages

Banner 468

Kamis, 22 Agustus 2013

CARA HABIB MUNZIR MENGHADAPI PREMAN

0 komentar
 
Jadikanlah kehidupan anda saat ini adalah medan Jihad, Anda sedang di medan laga,berjihad menundukkan musuh-musuh Anda, yaitu mereka yang mengajak kepada kemungkaran tundukkan mereka,kalahkan mereka. Namun bukan dengan kekerasan dan kebengisan atau senjata, namun tundukkan dengan kelembutan dan kasih sayang, tundukkan dengan akhlak dan bantuan,tundukkan dengan kesopanan dan keramahan.
Niscaya mereka akan tunduk dan menjadi berubah baik, dan menjadi teman anda. Jika tidak mampu Anda menundukkan mereka dengan hal itu, maka jangan kalah pula dengan mereka, tetaplah dalam ketenangan,kelembutan,hadirkan cahaya kelembutan Allah swt saat bercakap-cakap dan bertemu mereka. Anda akan lihat cahaya Allah swt akan membuat mereka tunduk atau paling tidak mereka akan segan dan tidak mau mengganggu anda, malu,dan berusaha tidak terlihat Anda saat bermaksiat. Sungguh orang-orang yang terjebak dalam kemungkaran itu mempunyai hati baik di hati kecilnya. Saya berkali kali menemukan itu di hati mereka, namun kebaikan itu tersembunyi dalam kesombongan mereka. Pernah seorang pemabuk dan preman yang menjadi biang kriminal bahkan konon sering menyiksa dan membunuh, orang tidak melihat ia memiliki sifat baik sedikitpun. Namun ketika saya diadukan tentangnya,pasalnya adalah ketika pemuda sekitar wilayah tersebut ingin mengadakan majelis, namun takut pada orang itu. Mereka akan didamprat dan diteror oleh si jahat itu. Ia adalah kepala kejahatan yang konon kebal dan penuh ilmu jahat. Saya datangi kerumahnya, saya ucapkan salam dan ia tidak menjawab, ia hanya mendelik dengan bengis sambil melihat saya dari atas kebawah, seraya berkata, “Mau apa?”
Saya mengulurkan tangan dan ia mengulurkan tangannya dan saya mencium tangannya, lalu saya pandangi wajahnya dengan lembut dan penuh keramahan. Saya berkata dengan suara rendah dan lembut,
“Saya mau mewakili pemuda sini, untuk mohon restu dan izin pada Bapak, agar mereka diizinkan membuat majelis di musholla dekat sini.” Ia terdiam… roboh terduduk di kursinya dan menunduk. Ia menutup kedua matanya. Saat ia mengangkat kepalanya saya tersentak, saya kira ia akan menghardik dan mengusir, ternyata wajahnya merah dan matanya sudah penuh airmata yang banyak. Ia tersedu sedu berkata;
“Seumur hidup saya belum pernah ada kyai datang kerumah saya…Lalu kini… Pak Ustadz datang kerumah saya, mencium tangan saya… tangan ini belum pernah dicium siapapun. Bahkan anak-anak sayapun jijik pada saya dan tak pernah mencium tangan saya, semua tamu saya adalah penjahat,mengadukan musuhnya untuk dibantai menghamburkan uangnya pada saya agar saya mau berbuat jahat lagi dan lagi…. Kini datang tamu minta izin pengajian pada saya. Saya ini bajingan, kenapa minta izin pengajian suci pada bajingan seperti saya.”
Ia menciumi tangan dan kaki saya sambil menangis, ia bertobat,ia sholat, dan meninggalkan minuman keras dan criminal. Konon dia ini sering mabuk, jika sudah mabuk maka tak ada di kampung itu yang berani keluar rumah.
Namun kini terbalik, ia menjadi pengaman di sana, tak ada orang mabuk berani keluar rumah jika ada dia. Dia menjadi kordinator musholla, ia mengatur teman temannya para preman untuk membersihkan musholla,dipaksanya para anak buahnya harus hadir majelis, dan demikianlah keadaanya. Ia bertempat di Legoa, Priok, tempat yang sangat rawan dengan kriminal. Orang di wilayah itu jika saya datang mereka berbisik bisik, “Jagoan selatan lagi ketemu jagoan utara!
Mereka kira saya mengalahkannya dengan ilmu, padahal hanya kelembutan Muhammad saw yang saya gunakan.

Leave a Reply