Pages

Banner 468

Jumat, 23 Agustus 2013

GUS DUR DAN KAROMAHNYA

0 komentar
 
Karomah Gus Dur: Gus Dur Tahu sebelum Kejadian "Weruh Sakdurunge Winarah" [bentrok makam mbah priok]

Jakarta, NU Online
Para Waliyullah memiliki berbagai karomah yang menunjukkan kedekatannya dengan Sang Pencipta. Selain kejadian-kejadian aneh, karomah (keutamaan) ini seringkali berupa pengetahuan tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa-masa yang akan datang.

Salah satu alasan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sering disebut-sebut sebagai waliyullah adalah pengetahuan Gus Dur mengenai peristiwa-peristiwa yang belum terjadi. Masyarakat Jawa biasa menyebut kemampuan ini dengan istilah "weruh sak durunge winarah." r />
Beberapa ulama dan Kiai banyak menceritakan tentang kemampuan Gus Dur yang satu ini. Selain cerita kebiasaan tidur di kala seminar yang kemudian terbangun dan bicara dengan sempurna mengenai isi pembicaraan sebelumnya, Gus Dur juga memiliki cerita kemampuan "weruh sak durunge winarah" ini di dunia nyata.

Kisah berikut ini diceritakan oleh Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jakarta Utara, KH Miftakhul Falah tatkala Beliau turut menunggui Gus Dur yang dirawat di Rumah Sakit Umum Koja Jakarta Utara, sekitar tahun 1994-an.

Dalam ceritanya, KH Miftakhul Falah menceritakan, sewaktu Gus Dur sedang dirawat di RS Koja, beliau menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Habib Hasan di Pemakaman Koja. Dalam berziarah ini, Gus Dur selalu ditemani oleh beberapa orang sambil mendengarkan ceritanya.

"Kalau di kemudian hari makam ini dibongkar, maka akan terjadi kerusuhan," kata Miftakhul Falah menirukan kata-kata Gus Dur kala itu.

Menurut Miftah, tidak seorang pun yang mengerti dan akan membayangkan kalimat Gus Dur tersebut akan menjadi kenyataan pada suatu ketika. Namun rupanya, zamanlah yang kelak membuktikan kata-kata Gus Dur tersebut.

"Terbukti. Ketika makam tersebut akan dibongkar, benar-benar terjadi kerusuhan pada bulan April 2010 lalu," tutur Miftakhul Falah.

Menurutnya, banyak kini di antara temen-temannya yang menjadikan kalimat tersebut sebagai bukti kewalian Gus Dur. Ketika orang-orang lain bahkan belum bisa membayangkan, Gus Dur telah mengungkapkannya.

----------------------------------------------------------------------------

Rabu, 14 April 2010
sumber:vivanews.com
kejadian Mistis dibalik bentrok makam mbah priok

Bentrok di makam mbah priok kali ini memang begitu memilukan. Banyak korban berjatuhan baik dari pihak petugas maupun masyarakat. Mungkinkah ini akan mengulang peristiwa tanjung priok berdarah era orde baru...? Semoga aja tidak. Masyarakat sudah semakin sengsara menjadi korban kebiadaban oknum satpol PP dan antek2 nya...terutama masyarakat kaum bawah.

Namun ada kejadian aneh dalam peristiwa bentrok tersebut. Apa saja kejadian aneh dan mistis tersebut...? Simak berita ini:

Eksekusi Makam Mbah Priok

Makam Mbah Priok & Cerita Mistis Satpol PP
Makam Habib Hasan bin Muhammad al Haddad itu kemudian dikenal sebagai Makam Mbah Priok.

Makam Habib Hasan bin Muhammad al Haddad atau yang dikenal sebagai Makam Mbah Priok, Koja, Jakarta Utara, menyimpan cerita sejarah sehingga sangat dihormati warga. Bahkan, ketika pendopo makam akan dibongkar pemerintah, pengikut rela mati mempertahankannya.

Informasi yang dihimpun di lapangan menyebutkan Habib Hasan merupakan salah satu tokoh yang dikenal sebagai penyiar agama Islam. Dia berasal dari Pulau Sumatera.

Habib bisa sampai di tanah Batavia (Jakarta) awalnya karena perahu yang ditumpanginya dihajar badai ketika hendak melintas di dekat Batavia.

Tetapi, pada waktu itu habib selamat dari amukan badai. Konon, dia selamat karena menemukan periuk. Dengan periuk itulah habib berhasil menepi ke Batavia.

Sejak itu, Habib Hasan tinggal di Batavia dan menyiarkan agama Islam di sana. Tidak lama kemudian, kawasan tempat di mana habib pernah selamat dari badai itu dinamai Tanjung Priok.

Habib Hasan meninggal di Batavia. Untuk mengenang perjuangan habib, pengikutnya membangun makam sekaligus masjid untuk mengadakan majelis taklim. Makam di Koja ini kemudian dikenal sebagai makam Mbah Priok.

Tempat itu kemudian dikenal luas. Tiap akhir pekan, sampai sekarang, sedikitnya 1.500 orang mengikuti pengajian di sana.

Sampai akhirnya timbul kasus. Bangunan pendopo makam Mbah Priok dinyatakan berdiri di atas lahan milik PT Pelindo II sehingga menyalahi aturan dan harus ditertibkan.

Sebenarnya sudah beberapa tahun lalu, upaya penertiban pendopo akan direalisasikan. Tetapi, ahli waris makam Mbah Priok menolak keras. Sampai akhirnya, Rabu 14 April 2010, pemerintah mengerahkan petugas untuk mengeksekusi.

Pengikut Habib Ali Zaenal Abidin bin Abdulrahman Al Idrus dan Habib Abdullah Sting, ahli waris makam Mbah Priok, tidak tinggal diam. Mereka menghadang laju petugas hingga akhirnya bentrok fisik pecah dan korban berjatuhan.

Usai bentrok sengit dengan pengikut habib, petugas Satpol PP mendapat pengalaman berbau mistis.

Salah seorang petugas Satpol PP yang dari awal mengamati proses bentrokan fisik mengatakan kendati jumlah pengikut habib tidak ada setengahnya dari Satpol PP, mereka tidak ada yang takut terluka parah sama sekali.

“Sepertinya mereka punya ilmu ghaib. Tidak ada yang terluka berat, saat terkena lemparan benda keras, bahkan maju terus,” kata petugas yang tidak mau disebut namanya itu.

Sebaliknya, justru petugas yang banyak menderita luka. Padahal, petugas sudah mengenakan pakaian anti huru-hara.

Petugas Satpol PP yang bernama Slamet menambahkan malahan ada helm petugas yang sampai pecah karena terkena lemparan dari salah satu pengikut habib.

Tetapi sebaliknya, ketika petugas melempar batu ke arah massa, seolah-olah bagi massa, batu itu tidak berarti apa-apa.

Slamet sangat heran dengan pengalamannya. Dia mengaku merasakan ada kekuatan di luar akal sehatnya yang ikut membentengi lokasi sehingga petugas sangat sulit melaksanakan eksekusi.

Bentrokan fisik yang memakan banyak korban luka di pihak Satpol PP itu akhirnya reda setelah pemerintah dan pengelola makam sepakat berunding.

Mengenai kebijakan eksekusi, dalam berbagai kesempatan Wakil Walikota Atma Senjaya mengatakan bahwa penertiban gapura dan pendopo di makam Mbah Priok ini sudah sesuai dengan instruksi gubernur DKI nomor 132/2009 tentang penertiban bangunan.

Sebab, kata dia, bangunan itu berdiri di atas lahan milik PT Pelindo II, sesuai dengan hak pengelolaan lahan (HPL) Nomor 01/Koja dengan luas 1.452.270 meter persegi.

Sebaliknya, bagi ahli waris makam Mbah Priok rencana pembongkaran justru menyalahi aturan. Sebab, areal pemakaman dan masjid ini telah memiliki sertifikat resmi yang dikeluarkan pada jaman pendudukan Belanda dulu.

Mari Kita Hadiahkan Bacaan Surat Al-Fatihah Untuk Beliau.. ALFATIHAH...

Leave a Reply